MEREGUK KOPI PAGI

Mereguk kopi pagi ini
Sambil menyilangkan kaki di kursi
Ditemani hujan yang sejak malam tak usai
Terasa nikmat sekali
Dan mengundang banyak inspirasi

Mereguk kopi hangat pagi ini
Dari cangkir zaman Romawi
Mengingatkanku akan puisi-puisi
Yang telah lama kutulisi
Tentang perihnya hati
Ditinggal pergi
Tentang cerita cinta sejati
Asmara di kesenjaan hari
Tentang jerit derita pengungsi
Ditimpa musibah bumi
Tentang rakyat negeri
Menderita karena korupsi
Tentang damainya hati
Ketika pasrah kehendak Illahi
Semua ada dalam Bunga Rampai Hati
Yang masih harus kunanti
Entah kapan buku itu selesai

Dari teguk-demi teguk kopi pagi
Tiba-tiba aku ingat kampung sendiri
Tentang kedai kopi selalu penuh isi
Oleh petani penggemar kopi
Sambil menanti terbitnya mentari
Terkadang sambil mengenang mimpi
Yang nikmat tapi tak tuntas malam tadi
Raut senyum dan cemberut silih berganti

Lalu ingatanku beralih lagi
Tentang nasib mereka jadi petani
Yang terbungkuk-bungkuk tiap hari
Hingga lelahnya tak terperi
Tapi hasilnya mengiris nurani
Harga jual tak mampu menutupi
Harga pupuk yang terlalu tinggi

Seteguk kopi dari sini
Jika saja aku turuti
Kan bercerita ke sana ke mari

(Ndepox, 07/03/2016)

No comments:

Post a Comment