(Sekedar renungan Pak Terkelin Brahmana)
Sejak dia tinggalkan Jakarta
Usai mengikuti pelantikan dirinya
Saat burung besi mengangkasa
Tak mampu dia pejamkan mata
Mengenang titah-titah paduka
Yang menyematkan bintang di dada
Bahwa dia harus kerja…dan kerja
Melintasi Bukit Barisan
Dari ketinggian di awan
Dia mengusap mata perlahan
Tak percaya apa yang dia saksikan
CORAH menyiram bunga krisan
Hanya beberapa kuntum sederetan
Sekedar penghias halaman
Tak lagi untuk dibawa ke pekan
Dari atas pesawat udara
Dia kembali mengusap mata
Tak yakin apa yang dilihatnya
LOMPOH memetik buah Biwa
Hanya beberapa tangkai saja
Dari sebatang pohon tua
Yang tak lagi terpelihara
Dari ketinggian sekian ribu kaki
Menatap negeri dataran tinggi
Matanya diusap kembali
Seakan yang dilihat hanya mimpi
UNJUK memetik jeruk dalam sepii
Hanya PAGIT si bungsu menemani
Entah kemana BATU sang suami
Sejak meninggalkan Kuala Namu
Menempuh perjalanan melintas Dolu
Kini wajahnya yang tersipu malu
Melihat TEKANG memetik daun perdu
Katanya untuk bahan jamu
Menggairahkan para lelaki lesu
Yang memperkuda para ibu
Kembali dia menengadah ke awan
Ditatapnya awan yang berarakan
Di lembar-lembar awan ia terkesan
Seakan membaca tulisan
Nasihat lama yang terlewatkan
Negeri ini negeri kayangan
Yang kelak jadi rebutan
Bisa jadi berpindah tangan
Jika tidak dipertahankan
Hingga tiba di pelataran kota
Tempatnya duduk sebagai nahoda
Baginya telah tergambar semua
Dan matanya mulai berkaca-kaca
Menyaksikan negeri Lima Merga
Juga sedang terserang hama narkoba
Ditatapnya awan mulai sirna
Kini dia kehabisan bahasa berkata
Yang dia mampu hanya bekerja…
Yang dia bisa, mencari para simbisa
Untuk bersama bekerja….. bekerja
(Ndepox, 09/05/2016)
No comments:
Post a Comment