Ame Lambak
Perjuma Batu Makmak
Perkadenape la bagi kalak
Nonggali usur sekalak
Ngerana gak-gak
Rananna la tersimbak
Peratenna megek-gek
Meditna mekelek
Kadenape la terjemmak
Erdalan mejurgak
Megati papak-papak
Erdahin meturdak
Perpanna murmak
Ayo metampak
Gincu erdemak
Baju talngak-talngak
Tiap wari ngepari tambak
Dunutpe la mombak
Sada ngenca si bagi kalak
Merhat denga ia bayak
Gegehina nuan Lobak
Kurangina nukur bedak
Oh… ame Lambak
Si pandangi, kitaka lepak
Kitape mbiar rembak
Lebenka ia erpenulak
(10/04/2016)
KUPI KULI

Mengawali pagi
Dengan hanya segelas kupiDan selinting tembakau di jari
Diseruput dan dihisap silih berganti
Dia siap menantang mentari
Menggali dan mencari biji
Untuk menjemput rezeki
Demi anak dan isteri
Mengahiri sore hari
Pulang dengan gontai
Wajah kusut masai
Hanya secangkir kupi
Ya… hanya secangkir kupi
Dia kembali siap menantang mentari
Yang telah pergi ke sudut bumi
Untuk bergumul dalam mimpi
Kupi teman sejatii
Kupi energy sejati
Hanya kupi yang mengerti
Para kuli penikmat kupi sejati
Kupi dan Kuli, menantang hari
(Manggar-Negeri Laskar Pelangi, 14/04/16)
LUPA NGINDET
Megati kuinget
Cakapta enggo meget-get
Elukken pengindo la eteh orat
Oh..padan la kepe ersurat
Megati kuinget
Arihta si meselket
Mosar sope iket
Oh…pusuh tersengget
Megati kuinget
Kerina si ate geget
Pusuh bagi nigat-gat
Sada ngenca la kuinget
Lupa aku ngindet
17/04/16
Cakapta enggo meget-get
Elukken pengindo la eteh orat
Oh..padan la kepe ersurat
Megati kuinget
Arihta si meselket
Mosar sope iket
Oh…pusuh tersengget
Megati kuinget
Kerina si ate geget
Pusuh bagi nigat-gat
Sada ngenca la kuinget
Lupa aku ngindet
17/04/16
SESAL DIRI
Ketika semua telah terjadi
Nalar tersulut emosi
Kata tak lagi terkendali
Ada yang tersakiti
Tinggal setitik asa tuk kembali
Perbaiki kesalahan diri
dan minta maaf sepuluh jari
Tapi…..
Jika maaf hanya lambang penyalahan diri
Lalu bagai mana lagi?
Biarlah sesal terbingkai di hati
Berhiaskan daun kertawali
Nampak indah walau pahit sekali
Semua nikmati sendiri
Hingga pada masanya nanti
Serahkan pada Illahi Robby
(Pangkalpinang, 21/04/2016)
Nalar tersulut emosi
Kata tak lagi terkendali
Ada yang tersakiti
Tinggal setitik asa tuk kembali
Perbaiki kesalahan diri
dan minta maaf sepuluh jari
Tapi…..
Jika maaf hanya lambang penyalahan diri
Lalu bagai mana lagi?
Biarlah sesal terbingkai di hati
Berhiaskan daun kertawali
Nampak indah walau pahit sekali
Semua nikmati sendiri
Hingga pada masanya nanti
Serahkan pada Illahi Robby
(Pangkalpinang, 21/04/2016)
KARTINI KINI ADA DI SISI
Selamat pagi Ibu Kartini....
Ibu inspirasi para istri
Ibu yang dikagumi para lelaki
Meski kau telah pergi
Telah kutemukan pengganti
Bahkan telah lama ada di sisi
Terima kasih Ibu Kartini
Kepadanya telah kau warisi
Perjuanganmu dijadikannya obsesi
Hari-hari gelapku telah dia terangi
Emansipasi telah kami jalani
Tapi aku tetap sebagai lelaki
Dan dia tetap sebagai istri
Terima kasih wahai istri
Meski kau bukan Kartini
Namamu Sri Mulyani, Dewi Padi
Kaulah pemberi kehidupan nurani
Untuk anak dan suami
(Pangkalpinang, 21 April 2016)
SELAMAT HARI KARTINI
UNTUK KARTINI-KARTINI KINI
PENGGENAP RUSUK PARA LELAKI
Ibu inspirasi para istri
Ibu yang dikagumi para lelaki
Meski kau telah pergi
Telah kutemukan pengganti
Bahkan telah lama ada di sisi
Terima kasih Ibu Kartini
Kepadanya telah kau warisi
Perjuanganmu dijadikannya obsesi
Hari-hari gelapku telah dia terangi
Emansipasi telah kami jalani
Tapi aku tetap sebagai lelaki
Dan dia tetap sebagai istri
Terima kasih wahai istri
Meski kau bukan Kartini
Namamu Sri Mulyani, Dewi Padi
Kaulah pemberi kehidupan nurani
Untuk anak dan suami
(Pangkalpinang, 21 April 2016)
SELAMAT HARI KARTINI
UNTUK KARTINI-KARTINI KINI
PENGGENAP RUSUK PARA LELAKI
MIHRAB UNTUK BUNDA
Ya Rabbana
Telah Kau kirimkan cahaya
Yang terpancar melalui wanita
Bunda Nur Ain - Cahaya Mata
Untuk menyinari gelapnya makna
Tentang rahasia alam semesta
Ya Rabbana
Kini telah terpupus cahaya
Oleh mata hati yang buta
Oleh yang tuli telinga jiwanya
Karena api dendam membara
Dengan kalap dia retas nyawa
Ya Rabbana
Inzinkan kami berharap dan meminta
Sambil menitikkan air mata
Bangunkan Mihrab untuk Bunda
Dari kaligrafi zikir hamba dan para mahasiswa
Dengan bingkai do’a-do’a kami semua
Khusnul khotimah Bunda
Khusnul khotimah Bunda
Ndepox, 03/05/2016 (seprofesi)
PERJALANAN ANTARA PELANTIKAN DAN KERJA
(Sekedar renungan Pak Terkelin Brahmana)
Sejak dia tinggalkan Jakarta
Usai mengikuti pelantikan dirinya
Saat burung besi mengangkasa
Tak mampu dia pejamkan mata
Mengenang titah-titah paduka
Yang menyematkan bintang di dada
Bahwa dia harus kerja…dan kerja
Melintasi Bukit Barisan
Dari ketinggian di awan
Dia mengusap mata perlahan
Tak percaya apa yang dia saksikan
CORAH menyiram bunga krisan
Hanya beberapa kuntum sederetan
Sekedar penghias halaman
Tak lagi untuk dibawa ke pekan
Dari atas pesawat udara
Dia kembali mengusap mata
Tak yakin apa yang dilihatnya
LOMPOH memetik buah Biwa
Hanya beberapa tangkai saja
Dari sebatang pohon tua
Yang tak lagi terpelihara
Dari ketinggian sekian ribu kaki
Menatap negeri dataran tinggi
Matanya diusap kembali
Seakan yang dilihat hanya mimpi
UNJUK memetik jeruk dalam sepii
Hanya PAGIT si bungsu menemani
Entah kemana BATU sang suami
Sejak meninggalkan Kuala Namu
Menempuh perjalanan melintas Dolu
Kini wajahnya yang tersipu malu
Melihat TEKANG memetik daun perdu
Katanya untuk bahan jamu
Menggairahkan para lelaki lesu
Yang memperkuda para ibu
Kembali dia menengadah ke awan
Ditatapnya awan yang berarakan
Di lembar-lembar awan ia terkesan
Seakan membaca tulisan
Nasihat lama yang terlewatkan
Negeri ini negeri kayangan
Yang kelak jadi rebutan
Bisa jadi berpindah tangan
Jika tidak dipertahankan
Hingga tiba di pelataran kota
Tempatnya duduk sebagai nahoda
Baginya telah tergambar semua
Dan matanya mulai berkaca-kaca
Menyaksikan negeri Lima Merga
Juga sedang terserang hama narkoba
Ditatapnya awan mulai sirna
Kini dia kehabisan bahasa berkata
Yang dia mampu hanya bekerja…
Yang dia bisa, mencari para simbisa
Untuk bersama bekerja….. bekerja
(Ndepox, 09/05/2016)
Sejak dia tinggalkan Jakarta
Usai mengikuti pelantikan dirinya
Saat burung besi mengangkasa
Tak mampu dia pejamkan mata
Mengenang titah-titah paduka
Yang menyematkan bintang di dada
Bahwa dia harus kerja…dan kerja
Melintasi Bukit Barisan
Dari ketinggian di awan
Dia mengusap mata perlahan
Tak percaya apa yang dia saksikan
CORAH menyiram bunga krisan
Hanya beberapa kuntum sederetan
Sekedar penghias halaman
Tak lagi untuk dibawa ke pekan
Dari atas pesawat udara
Dia kembali mengusap mata
Tak yakin apa yang dilihatnya
LOMPOH memetik buah Biwa
Hanya beberapa tangkai saja
Dari sebatang pohon tua
Yang tak lagi terpelihara
Dari ketinggian sekian ribu kaki
Menatap negeri dataran tinggi
Matanya diusap kembali
Seakan yang dilihat hanya mimpi
UNJUK memetik jeruk dalam sepii
Hanya PAGIT si bungsu menemani
Entah kemana BATU sang suami
Sejak meninggalkan Kuala Namu
Menempuh perjalanan melintas Dolu
Kini wajahnya yang tersipu malu
Melihat TEKANG memetik daun perdu
Katanya untuk bahan jamu
Menggairahkan para lelaki lesu
Yang memperkuda para ibu
Kembali dia menengadah ke awan
Ditatapnya awan yang berarakan
Di lembar-lembar awan ia terkesan
Seakan membaca tulisan
Nasihat lama yang terlewatkan
Negeri ini negeri kayangan
Yang kelak jadi rebutan
Bisa jadi berpindah tangan
Jika tidak dipertahankan
Hingga tiba di pelataran kota
Tempatnya duduk sebagai nahoda
Baginya telah tergambar semua
Dan matanya mulai berkaca-kaca
Menyaksikan negeri Lima Merga
Juga sedang terserang hama narkoba
Ditatapnya awan mulai sirna
Kini dia kehabisan bahasa berkata
Yang dia mampu hanya bekerja…
Yang dia bisa, mencari para simbisa
Untuk bersama bekerja….. bekerja
(Ndepox, 09/05/2016)
CATATAN PARA SENIMAN
(Renungan tuk Pak Terkelin)
Telah kami dengarkan
Yang bapak pernah nyanyikan
Nyanyian syair politik murahan
Walau indah tapi jauh di atas awan
Tapi kami telah tulis jadi gubahan
Yang syairnya indah sungguhan
Jika Bapak datang dengan seluruh hati
Kami kan terima dengan sepenuh hati
Jika Bapak datang denga penuh rasa
Kami kan terima sepenuh jiwa dan raga
Tapi jika nanti di kemudian hari
Bapak hanya membangun tugu diri
Agar dipandang berjasa tuk negeri
Sementara rakyat tidak diperduli
Tugu akan kami ukir lebih indah lagi
Agar rakyat senang berselfi
Sambil melakukan demonstrasi
Ingatlah Bapak yang mulia
Bulan takkan selalu purnama
Bintang timbul kan tenggelam jua
Bila nanti bintang bapak pudar
Bapak tak usah gusar
Kami takkan lagi kasar
Tangis kamipun hanya sekedar
Karena kami telah jadi penyair
Ada yang jadi pemahat penuh sabar
Kami hanya memahatkan syair-syair
Sebagai sejarah penentu yang benar
Tugu bapak dari semen atau marmer
Berlapis emas atau tembaga tak berkadar
(Ndepox, 09/05/2016)
Telah kami dengarkan
Yang bapak pernah nyanyikan
Nyanyian syair politik murahan
Walau indah tapi jauh di atas awan
Tapi kami telah tulis jadi gubahan
Yang syairnya indah sungguhan
Jika Bapak datang dengan seluruh hati
Kami kan terima dengan sepenuh hati
Jika Bapak datang denga penuh rasa
Kami kan terima sepenuh jiwa dan raga
Tapi jika nanti di kemudian hari
Bapak hanya membangun tugu diri
Agar dipandang berjasa tuk negeri
Sementara rakyat tidak diperduli
Tugu akan kami ukir lebih indah lagi
Agar rakyat senang berselfi
Sambil melakukan demonstrasi
Ingatlah Bapak yang mulia
Bulan takkan selalu purnama
Bintang timbul kan tenggelam jua
Bila nanti bintang bapak pudar
Bapak tak usah gusar
Kami takkan lagi kasar
Tangis kamipun hanya sekedar
Karena kami telah jadi penyair
Ada yang jadi pemahat penuh sabar
Kami hanya memahatkan syair-syair
Sebagai sejarah penentu yang benar
Tugu bapak dari semen atau marmer
Berlapis emas atau tembaga tak berkadar
(Ndepox, 09/05/2016)
ATIKU TEGELANA DI KELEKAK
(Bangka Speaking kite)
Miak,
Men kelak
Ki nek nya bawek
Lalu sempat kutingok
Ikak besame nari campak
Empesken bai ku ke kelekak
Biarlah ku surang di kelekak
Beume di kelelak
Atiku tegelana di kelekak
Dari kelekak ku nenger lagu ikak
Ngeraba isi ati ka dari kelekak
Di kelekak
Rindu kite kik betemu agik kelak
Walau kelak kite lah dikarunia budak
(Ndepox, 11/05/2016)
Miak,
Men kelak
Ki nek nya bawek
Lalu sempat kutingok
Ikak besame nari campak
Empesken bai ku ke kelekak
Biarlah ku surang di kelekak
Beume di kelelak
Atiku tegelana di kelekak
Dari kelekak ku nenger lagu ikak
Ngeraba isi ati ka dari kelekak
Di kelekak
Rindu kite kik betemu agik kelak
Walau kelak kite lah dikarunia budak
(Ndepox, 11/05/2016)
BELAS-BELAS PUSUH
mejuah-juah..mejuah-juah
kalimbubu Dibata idah
ingan kami ernalem tuah
gia kami sangap ras liah
lalit dalin kami nilah
mejuah-juah..mejuah-juah
kalimbubu simada dareh
ingan kami ernalemken taneh
ingan kami ngendesken gegeh
gia melas ras mbergeh
lalit dalin kami erpenembeh
mejuah-juah..mejuah-juah
kalimbubu si ngalo maneh-maneh
ingan kami ernalem sumekah
ingan sapu iluh ndabuh
gia gedang gendek pedah-pedah
lalit dalin kami ermorah-morah
mejuah-juah…mejuah-juah
kerina kalimbubu la erndobah
ingan kami naruh-naruhken luah
gia luah kami terjeng gula tualah
ntebu bas dilah seh ku kalah-kalah
gelah salang isi pusuh nibelas babah
(Ndepox, 14 May 2016)
OH.... ADI RAS KAM
Iyo....oh adi ras kam
Lalit si lasam
Gia tempa kanam-kanam
Kerina ernanam
Iyo oh.... adi ras kam
Gia wari enggo gerdem
Gia gelap enggo singgem
Ngasup aku la kem
Sope ulih simpar dem
Tapi.... adi la ras kam
Pusuh lalap kidaram
Lungunen bas jelma nterem
Tayangpe la terpedem
Muaspe la terinem
Oh….. adi ras kam
Berjut e pe kuakap cirem
Si pagit e pe kuakap melam
Salimar e pe kuakap tilam
Ate ceda e pe teralem
Oh….. adi ras kam
Iyo oh….. adi ras kam
Ise kin kam?
Ija kin kam?
Gelah kam inganku ernalem
Ndepox, 21/05/16
Lalit si lasam
Gia tempa kanam-kanam
Kerina ernanam
Iyo oh.... adi ras kam
Gia wari enggo gerdem
Gia gelap enggo singgem
Ngasup aku la kem
Sope ulih simpar dem
Tapi.... adi la ras kam
Pusuh lalap kidaram
Lungunen bas jelma nterem
Tayangpe la terpedem
Muaspe la terinem
Oh….. adi ras kam
Berjut e pe kuakap cirem
Si pagit e pe kuakap melam
Salimar e pe kuakap tilam
Ate ceda e pe teralem
Oh….. adi ras kam
Iyo oh….. adi ras kam
Ise kin kam?
Ija kin kam?
Gelah kam inganku ernalem
Ndepox, 21/05/16
TANDA-TANDA
Sembur deleng abu
Baba abu batu
Baba batu lindu
Ugur lindu paya-paya
Kuseken paya-paya lau
Lau enggo maler
Maler me iluh
Seh ku pusuh
Pusuh la mbera kerah
Sope kerah kesah
O………Dibata
Enggo gejap kami tanda-tanda
Tanda-tanda ateNdu ngena
Nandangi jelma
Nandangi rubia-rubia
Nandangi kerina bekas tinepa
O… Dibata ingan si meganjang
Enggo gejap kami ateNdu keleng
Gia kami sanga keleng-leng
Kami lalap megenggeng
Ndepox, 22/05/2016
Baba abu batu
Baba batu lindu
Ugur lindu paya-paya
Kuseken paya-paya lau
Lau enggo maler
Maler me iluh
Seh ku pusuh
Pusuh la mbera kerah
Sope kerah kesah
O………Dibata
Enggo gejap kami tanda-tanda
Tanda-tanda ateNdu ngena
Nandangi jelma
Nandangi rubia-rubia
Nandangi kerina bekas tinepa
O… Dibata ingan si meganjang
Enggo gejap kami ateNdu keleng
Gia kami sanga keleng-leng
Kami lalap megenggeng
Ndepox, 22/05/2016
Subscribe to:
Posts (Atom)